Adab Batin dalam Mengeluarkan Zakat: Meraih Keberkahan dengan Kerendahan Hati



Dalam ajaran Islam, zakat bukan hanya sekadar kewajiban finansial yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah serta meningkatkan kepekaan sosial. Zakat mencerminkan hubungan seorang hamba dengan Sang Pencipta, sekaligus wujud kepedulian terhadap sesama. Agar zakat dapat memberikan manfaat yang optimal, diperlukan pemahaman dan penghayatan akan adab-adab batin yang menyertainya. Salah satunya adalah mengeluarkan zakat dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati.


Pentingnya Menganggap Kecil Pemberian


Imam Al-Ghazali, dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin", menekankan adab keenam dalam bersedekah, yaitu istishgarul 'athiyyah (menganggap kecil pemberian). Sikap ini hendaknya diwujudkan dalam tiga aspek:


1. Menganggap kecil pemberian yang dikeluarkan karena menyadari bahwa hakikatnya segala yang dimiliki adalah milik Allah.



2. Menganggap kecil hasil dari pemberian tersebut, karena itu hanya sebagian kecil dari yang diperintahkan oleh Allah.



3. Menganggap kecil amalan tersebut jika dibandingkan dengan nikmat besar yang telah Allah berikan.




Dengan sikap ini, seorang Muslim tidak akan merasa dirinya telah berbuat banyak atau lebih baik dari orang lain. Justru, dia akan terus berusaha untuk lebih banyak memberi dan bersyukur kepada Allah atas kemampuan yang diberikan kepadanya untuk berzakat dan bersedekah.


Teladan Sahabat dalam Mengeluarkan Zakat


Kisah para sahabat Nabi ﷺ, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, menjadi contoh nyata tentang keikhlasan dan kerendahan hati dalam bersedekah. Ketika Rasulullah meminta para sahabat untuk membantu pasukan di perang Tabuk, Umar bin Khattab menyerahkan setengah dari hartanya. Sedangkan Abu Bakar mengeluarkan seluruh hartanya. Tindakan ini bukanlah pamer kekayaan, tetapi manifestasi keyakinan bahwa segala yang mereka miliki berasal dari Allah dan harus digunakan di jalan-Nya.


Sikap seperti ini menunjukkan tingkat ketawakkalan yang tinggi. Mereka yakin bahwa Allah akan memberikan gantinya di dunia maupun di akhirat. Selain itu, mereka tidak pernah merasa bahwa apa yang telah diberikan itu besar, karena semua itu adalah amanah dari Allah.


Menjaga Hati dari Rasa Riya dan Ujub


Keberhasilan seorang mukmin dalam amal ibadahnya sangat dipengaruhi oleh kebersihan niat dan keikhlasan hatinya. Seorang yang bersedekah dengan hati yang ikhlas dan mengharap ridha Allah akan meraih pahala yang besar. Sebaliknya, jika ia merasa bangga atas amalnya, maka amal tersebut bisa rusak karena adanya ujub (kagum terhadap diri sendiri). Dalam hadits disebutkan bahwa ujub dan riya (beramal untuk dipuji orang lain) adalah penyakit hati yang sangat halus, bahkan lebih halus dari jejak langkah seekor semut.


Oleh karena itu, penting bagi seorang Muslim untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah dari kedua penyakit ini. Rasulullah ﷺ pernah bersabda: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari riya dan ujub." Kedua sifat ini dapat menghapuskan pahala amalan yang telah dikerjakan, menjadikan ibadah yang seharusnya murni untuk Allah menjadi sia-sia.


Keikhlasan dalam Menunaikan Zakat


Keikhlasan merupakan kunci diterimanya ibadah. Orang yang menunaikan zakat dengan ikhlas, tidak akan merasa bahwa ia telah berbuat kebaikan atau merasa lebih baik dari orang lain. Bahkan, ia akan merendahkan dirinya dan menganggap bahwa amalnya masih belum cukup. Sifat rendah hati inilah yang justru akan mengangkat derajatnya di sisi Allah.


Zakat yang dikeluarkan dengan penuh keikhlasan akan mendatangkan keberkahan, baik bagi pemberi maupun penerima. Allah akan melipatgandakan pahala dan mengganti harta yang dikeluarkan dengan kebaikan yang lebih besar. Seperti firman Allah dalam Al-Quran: "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Dia akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba' [34]: 39).


Kesimpulan


Adab batin dalam mengeluarkan zakat adalah menjaga hati agar senantiasa ikhlas, menganggap kecil pemberian, serta menghindari riya dan ujub. Dengan demikian, zakat yang dikeluarkan tidak hanya menjadi kewajiban finansial, tetapi juga ibadah spiritual yang mendekatkan diri kepada Allah. Semoga Allah memurnikan niat kita, membersihkan hati kita dari penyakit ujub dan riya, serta menerima zakat dan amal ibadah kita sebagai bekal yang akan mengantarkan kita menuju ridha dan rahmat-Nya. Aamiin.



Comments